Masa Muda. Masa yang ber-api api kata kang
Rhoma Irama. Masa penuh mimpi, cinta dan harapan. Masa muda itu masa dimana
hidup beragam rasanya, seperti slogan kopi Good Day “Karena hidup banyak rasa, kopi Good Day
punya banyak rasa untuk hari mu!” *iklan ceritanye ^^ .Kata mereka, masa muda
itu masa untuk mencari jati diri..! *eaaa. Mungkin memang faktanya begitu, tapi
masih banyak yang salah penafsiran dari kata ‘mencari jati diri’. Akibat salah
penafsiran, banyak para remaja yang mencari jati diri dengan cara banyak
coba-coba ini dan itu, tanpa membedakan mana hal yang baik dan mana yang buruk.
Para pelajar pun tentunya banyak
terjangkit hal ini. Pelajar yang mencari jati diri dengan cara yang salah,
tentunya malah akan terjerumus pada hal yang kurang baik atau kalau di
lingkungan sekolah di sebut banyak melanggar aturan.
Mereka yang melakukan
pelanggaran, fitrah dirinya sudah tau kalau hal yang mereka lakukan adalah
salah. Tapi..hawa nafsu lah yang mendorong mereka melakukan pelanggaran, karena
yang mereka pikirkan adalah ‘jalan nyaman’ bukan jalan ‘aman’. Bedanya adalah
kalau jalan ‘nyaman’, mau itu hal yang salah atau benar yang penting happy atau
‘nyaman’. Kalau jalan ‘aman’ berarti hal baik yang membuat aman dari dampak hal
yang buruk.
Mereka yang melakukan
pelanggaran, mempunyai keegoisan dalam diri untuk mencari jalan nyaman,
contohnya adalah lebih baik menyontek saat ulangan dari pada mendapat nilai
rendah, lebih baik telat masuk kelas dari pada harus full mengikuti pelajaran
yang bikin ngantuk, lebih baik bolos sekolah dari pada harus mengumpulkan tugas
yang belum di kerjakan,dll.
Adapun orang yang melakukan
pelanggaran, mereka merasa dirinya sudah terperangkap di lubang kesalahan dan
merasa dirinya sudah di tetapkan dalam skenario sebagai tokoh “si nakal” , “si
bangor” , “si pelanggar aturan”,dll. Mereka merasa dirinya sudah di cap buruk
oleh banyak orang, sehingga mereka berpikir
“buat apa berusaha jadi orang
baik, toh..aku udah di cap buruk sama guru teman-teman..?”
mereka berpikir, bahwa jika
dirinya berubah jadi baik, mungkin banyak yang tidak percaya dengan perubahan
dirinya atau di cemooh saat berubah jadi baik “tumben lu baik..” , “cieee..rajin
sekarang mah.” , “widih.. ga telat masuk..”,dll. Disini lah masalah Labeling
atau cap kepribadian.
Kepercayaan itu layaknya kertas
yang sudah di leucekin , kertas leucek memang masih bisa di
tulis, tapi keadaan kertas tidak akan berubah..masih leucek.
Mengembalikan kepercayaan itu tak semudah membalikan tangan kawan..! butuh
perjuangan dan kesabaran. Mungkin ini yang di pikirkan mereka yang suka
melanggar. Untuk mereka menghapus cap buruk pada dirinya tidaklah mudah.
Terutama menghapus cap dari anggapan banyak orang. Jadi untuk apa berubah..?
toh tetep aja di sebut anak nakal. Atau mereka berusaha berubah hanya untuk
menghindari hukuman. Harusnya mereka
fokus pada penilaian atau cap kepribadian di hadapan Allah, fokus pada
pandangan Allah terhadap dirinya. Di saat mereka berusaha berubah menjadi lebih
baik dan orang lain masih menganggap mereka buruk, bisa saja..di mata Allah
mereka itu sudah menjadi lebih baik.
Abaikan mereka yang hanya bisa
melihat keburukan kita, dan tidak pernah mengerti dan menghargai perjuangan
kita untuk berubah jadi lebih baik. Toh, mereka sama sama manusia yang tidak
akan bisa membantu menjawab pertanyaan
malaikat kepada kita di alam kubur :p so..fokus pada pandangan Allah.. guys~
Sedikit masalah, kadang saya
bingung dengan masalah drop out. Saat pelajar yang sudah tingkat dewa dalam
banyak melakukan pelanggaran dan harus di keluarkan dari sekolah atau di drop
out. Sebenarnya yang bertanggung jawab atas akhlak atau sikap si pelajar yang
sering melanggar itu siapa? Orang tuanya kah? Sekolah kah? Atau memang dirinya
sendiri?
Allah mengkaruniakan seorang
anak kepada para Orang tua adalah sebuah amanah yang harus di jaga dan di didik
untuk terus berada di jalanNya, lalu Orang tua menitipkan anak nya ke sekolah
untuk di didik menjadi pelajar yang cerdas, disiplin dan ber-akhlak baik dan
anak pun sebagai pelajar di amanahi untuk menjadi bibit bibit unggul untuk
memimpin dunia pada generasinya masing masing.
Pelajar yang sering melanggar
aturan adalah pelajar yang butuh perhatian dan bimbingan lebih dari guru dan
sekolah. Tapi..bagaimana dengan pelajar yang butuh didikan menjadi lebih baik karena
nakal, malah di keluarkan (drop out) dari sekolah..?
Pelajar yang sudah cukup didikan
(pelajar berprestasi) malah di tahan dan mendapatkan perhatian lebih (di
specialkan) di dalam sekolah, yang katanya agar mengharumkan nama sekolah.
Padahal fungsi sekolah itu sendiri untuk menjadi sandaran pendidikan dan
merangkul pelajar yang nakal agar ter-arah dan lebih baik dengan didikan, dan
anak yang sudah mantap didikanya di lepas agar bisa menebarkan ilmu ke luar..!
kebanyakan hal seperti ini terjadi di boarding school atau pesantren
pesantren yang melepas tanggung jawab dan mementingkan Nama Sekolah/pesantren
dari pada perhatianya kepada para santri, padahal biasanya pesantren itu lebih
berfungsi untuk menggarap santri yang kurang baik dan di ubah menjadi lebih
baik.
Adapun yang di dalamnya guru
guru yang lepas tanggung jawab “yang penting ngajar dan dapat gaji..” jadi asal
dalam mengajar. Saat santrinya mendapat nilai rendah malah di marahi (padahal
gurunya yg asal dalam mengajar) dan ketika ujian umum di laksanakan, menyuruh
para santri untuk belajar giat agar mendapat nilai tertinggi di wilayah sekolah
masing masing, sehingga membawa harum nama sekolah. Munafik..? oh..itu terlalu kasar.
Tapi bagaimana dengan nama
sekolah itu sendiri, jika pelajar yang sering melanggar malah terus di biarkan
belajar di sekolah tersebut? Selain berpengaruh untuk nama sekolah, hal yang di
takutkan adalah si pelanggar aturan itu bisa mempengaruhi teman teman di
sekitarnya dan membuat kuota murid yang sering melanggar menjadi tambah banyak.
Sekolah sudah semaximal mungkin mendidik si pelanggar aturan untuk merangkul
menjadi lebih baik..tapi jika alhasil tidak ada perubahan..? mungkin bukan
melepas tanggung jawab tapi ada sekolah yang Allah siapkan lebih tepat untuk si
pelanggar.
Sebenernya, menurut saya hal
tentang tindakan Droup out untuk pelajar nakal itu tindakan terbaik atau tidak
adalah hal yang menarik untuk menjadi tema dalam debat :v so..i dont know what
the kesimpulan.
Kita sebagai pelajar, di
harapkan untuk tidak merugikan banyak pihak dan terus meberikan yang terbaik. Menjalankan
amanah orang tua untuk belajar, mengharumkan nama sekolah dengan prestasi, menjadi
bibit unggul untuk generasi kita dan menjadi agent of change untuk revolusi
Islam.
Jangan jadi SAMPAH masyarakat..!
Give the Best and Get the Best ^^
Wallahu’alam.
Andina
Zakia Zahra (X. IPS)